BUNGO, NUSADAILY.ID – Kesehatan adalah sektor penting dalam kehidupan manusia di seluruh dunia, termasuk bagi masyarakat di Indonesia dan berbagai daerah lainnya. Salah satu sosok yang memiliki kepedulian tinggi terhadap kesehatan masyarakat adalah Abu Yazid, tokoh yang sangat dikenal di Kecamatan Jujuhan, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi.
Daftar Isi
Abu Yazid, Sosok yang Dedikasinya Tak Pudar
Lahir pada 25 Mei 1963 di Dusun Ujung Tanjung, Kecamatan Jujuhan, Abu Yazid tumbuh dan besar di daerah yang berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Barat. Meskipun usianya sudah menginjak 61 tahun, semangatnya dalam membantu masyarakat tetap menyala. Ia telah lebih dari belasan tahun mengabdikan diri sebagai aktivis advokasi kesehatan masyarakat.
Di kalangan warga, ia akrab disapa dengan berbagai panggilan, seperti “Cik Yazid”, “Bapak Abu”, atau “Nek Ntan”—sapaan khas masyarakat setempat yang berarti kakek. Meski fisiknya mencerminkan usianya, tetapi pemikiran dan tindakannya bagaikan kombinasi antara kebijaksanaan orang tua dan semangat energik anak muda.
Perjalanan Panjang dalam Membantu Warga
Pada Sabtu (15/02/2025), redaksi Nusadaily sempat menunggu kepulangan Abu Yazid dari RSUP Dr. M. Djamil Padang, Sumatera Barat. Beberapa hari sebelumnya, ia berada di sana untuk membantu seorang warga Bungo yang harus dirujuk ke rumah sakit tersebut. Baru saja tiba di rumah, ia kembali dihubungi oleh warga yang membutuhkan bantuannya untuk menangani pasien dengan penyakit kulit yang parah. Tanpa ragu, ia langsung bergegas memberikan pertolongan.
Kondisi seperti ini sudah menjadi bagian dari kesehariannya. Abu Yazid mengaku merasa puas dan bersyukur bisa membantu mereka yang membutuhkan, terutama masyarakat kurang mampu. Baginya, kepedulian terhadap sesama tidak selalu berkaitan dengan uang atau materi, tetapi bisa berupa tenaga dan pemikiran.
Baca Juga
- Dr. Noviardi Ferzi Angkat Bicara Soal Tambang Batu Bara di Kabupaten Bungo, Jambi
- Biografi Acep Sopandi: Pendamping dan Pegiat Desa yang Berkomitmen Membangun Kepemimpinan Desa
- Mengenal Sosok Dr. Fridiyanto, Ketua LPPM UIN Jambi dan Penulis Buku Pendidikan Kritis
Tetap Bertahan Meski Difitnah dan Diremehkan
Perjalanan hidup Abu Yazid tidak selalu mulus. Ia pernah difitnah dan dianggap sebagai preman, bahkan dituduh hanya mencari suara saat mencalonkan diri sebagai anggota DPRD Bungo pada Pemilu 2024. Namun, ia tetap tenang menghadapi berbagai serangan kebencian tersebut. Baginya, membantu masyarakat adalah panggilan hati, bukan untuk keuntungan pribadi.
Meskipun kalah dalam pemilihan, ia tetap merasa bangga karena memperoleh 1.013 suara secara murni tanpa politik uang. Ironisnya, mereka yang dulu meremehkan dan menjelekkan namanya kini justru datang meminta bantuannya. Namun, ia tidak menyimpan dendam dan tetap dengan tulus membantu siapa pun yang membutuhkan.
Jiwa Sosial yang Terbentuk dari Perjalanan Hidup

Latar belakang keluarga juga turut membentuk karakter Abu Yazid. Ia berasal dari garis keturunan seorang pendekar dari ayahnya dan alim ulama dari ibunya. Kombinasi ini membuatnya memiliki sikap pantang menyerah, tenang, dan sabar menghadapi berbagai cobaan.
Salah satu pukulan terbesar dalam hidupnya adalah kehilangan anak laki-laki semata wayangnya akibat kecelakaan di Bali. Saat membawa pulang jenazah sang anak ke Sumatera, ia merasakan betapa banyak orang baik yang membantunya. Sejak saat itu, ia semakin terdorong untuk membantu orang lain.
Kepedulian yang Tak Terbatas
Selain membantu masyarakat kurang mampu untuk mendapatkan akses layanan kesehatan, Abu Yazid juga sering mendampingi pasien dengan berbagai kondisi medis, termasuk anak-anak disabilitas dan penderita kelamin ganda (ambiguous genitalia/interseks). Ia selalu berusaha memastikan bahwa mereka mendapatkan perlakuan yang layak di fasilitas kesehatan.
Pemerintah dusun, desa, hingga puskesmas setempat juga sering meminta bantuannya. Dengan menggunakan mobil ambulans desa, ia kerap mengantar pasien ke rumah sakit dan mengurus administrasi mereka agar bisa mendapatkan layanan kesehatan yang sesuai.
Harapan untuk Pemerintah Daerah
Di akhir wawancara, Abu Yazid menyampaikan pesan kepada pemerintah Kabupaten Bungo agar lebih fokus dalam mendata warga yang berhak menerima bantuan kesehatan. Ia juga menyoroti kebijakan baru yang menghapus Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) sebagai jaminan kesehatan di rumah sakit sejak 1 Januari 2025.
Menurutnya, pemerintah daerah perlu mencari solusi agar masyarakat miskin tetap mendapatkan akses layanan kesehatan. Salah satu usulan konkret yang ia ajukan adalah pembangunan rumah singgah bagi warga Bungo yang berobat ke RSUP Dr. M. Djamil Padang. Banyak pasien dari Bungo yang harus menunggu pengobatan tanpa tempat istirahat yang layak, sering kali harus bertahan di emperan toko atau kaki lima.
Kesimpulan
Abu Yazid adalah contoh nyata bahwa kepedulian tidak memandang status sosial atau materi. Meski difitnah dan diremehkan, ia tetap teguh membantu masyarakat. Perjuangannya yang tanpa pamrih menunjukkan bahwa nilai kemanusiaan sejati adalah memberikan manfaat bagi sesama.
(Ang/*****)
Tetaplah mandi orang baik dan bermanfaat dan dibutuhkn org bg Yazid… Smg ALLAH AZZA WA JALLA mengangkat derajat abg. Aamiin… aamiin… ALLAH humma aamiin