“Tidak ada ambisi menjadi kepala madrasah. Saya hanya berusaha fokus pada apa yang ditugaskan. Kalau diberi amanah, ya kerjakan dengan sungguh-sungguh. Hasilnya biar Allah yang atur,”
BUNGO, NUSADAILY.ID – Di ruang kepala sekolah yang sederhana di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Muara Bungo, pemandangan tidak biasa kerap terlihat. Kepala madrasahnya, Doni Afrian, S.Pd., M.Pd.I, masih setia duduk di depan layar komputer, membimbing operator sekolah dan memeriksa laporan digital para guru. Sebuah kebiasaan yang jarang ditemukan di lembaga pendidikan berbasis agama, namun justru menjadi simbol perubahan yang ia usung, Kamis (18/09/2025).
Di lingkungan madrasah, buku catatan dan lembar nilai selama ini menjadi simbol kerja harian. Namun bagi Doni, teknologi bukan sekadar alat bantu. Baginya, digitalisasi adalah bahasa baru yang harus dikuasai jika pendidikan Islam ingin tetap relevan.
Perjalanannya tidak berawal dari ruang kepemimpinan, melainkan dari lorong panjang pengabdian sebagai guru honorer sejak 2005. Saat itu, ia hanya mendapat jatah dua jam mengajar per minggu, bahkan pada mata pelajaran yang bukan bidang studinya. “Awalnya hanya diberi jam seadanya. Tapi saya bersyukur, karena dari situlah pintu pengabdian ini terbuka,” kenangnya.
Dari sana, tanggung jawab kecil sebagai wali kelas, pembina UKS, hingga pelatih Tapak Suci ia jalani. Tugas-tugas tambahan yang sering dianggap pinggiran, justru dijadikannya pijakan. Ia membuktikan bahwa keterbatasan bisa diolah menjadi peluang.
Titik balik datang pada 2010, saat ia dipercaya memimpin Laboratorium TIK. Dengan perangkat seadanya, ia merintis sistem penilaian berbasis Excel. Tiga tahun kemudian, sebagai Wakil Kepala Bidang Kurikulum, ia memperkenalkan aplikasi penilaian Kurikulum 2013. Langkah yang dianggap terlalu dini bagi sebuah madrasah di daerah. Bahkan, ia masih ingat bagaimana akses internet kala itu dianggap mewah. “Untuk membayar internet saja tidak mau,” katanya, sambil tersenyum tipis.
Lompatan besar terjadi pada Februari 2018, ketika Doni dilantik sebagai kepala MAN 1 Muara Bungo. Revolusi Industri 4.0 sedang mengguncang dunia pendidikan, dan madrasah ini membutuhkan pemimpin yang berani mengambil risiko. “Ketika ditanya apakah sanggup memimpin digitalisasi madrasah, saya jawab: Inshaallah, asal diberikan dukungan dan sumber daya,” ujarnya.
Ujian pertama datang dalam bentuk pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Dengan hanya tiga server terbatas, Doni turun langsung sebagai operator, memastikan ujian berjalan lancar. Hasilnya mendapat apresiasi dari Kanwil Kemenag Jambi. Namun ujian sebenarnya datang dari dalam: para guru.
Saat ia memperkenalkan ujian semester berbasis Android, hampir 90 persen guru menolak. Hari pertama berjalan kacau: server macet, siswa bingung, guru makin skeptis. Banyak yang menyebut eksperimen itu gagal. Tapi Doni tidak menyerah. Ia mengubah sistem menjadi semi-online, membagi peran server dan perangkat siswa. Hari kedua berjalan lebih baik, dan dari situlah tonggak digitalisasi madrasah lahir.
Sejak saat itu, perubahan bergulir cepat. Raport online, administrasi berbasis aplikasi, hingga ujian digital yang terus disempurnakan setiap tahun menjadi standar baru. Semua dicapai di tengah keterbatasan anggaran dan infrastruktur, berkat gotong royong guru serta komitmen kolektif. Kini, madrasah yang dulu dipenuhi tumpukan kertas dikenal sebagai salah satu yang paling maju secara digital di Jambi.
Meski begitu, Doni menolak disebut ambisius. “Tidak ada ambisi menjadi kepala madrasah. Saya hanya berusaha fokus pada apa yang ditugaskan. Kalau diberi amanah, ya kerjakan dengan sungguh-sungguh. Hasilnya biar Allah yang atur,” katanya.
Filosofi itu membuat kisahnya lebih mirip catatan pengabdian daripada perjalanan karier. Dari dua jam mengajar hingga memimpin transformasi digital, Doni Afrian adalah bukti bahwa keikhlasan, inovasi, dan keberanian bisa mengubah wajah pendidikan di tempat yang paling tak terduga.
“Kalau kita mau belajar dan berusaha, Inshaallah jalan selalu ada,” tutupnya. Sebuah kalimat sederhana yang kini menjelma menjadi wajah baru MAN 1 Muara Bungo: madrasah Islam yang berani berbicara dalam bahasa masa depan.
Jurnalis: ASAD/Bintang34/
Narasumber: Doni Alfian, Internet Archieve
Disusun oleh: Redaksi / nusadaily.id*