JAMBI, NUSADAILY.ID – Dr. Fridiyanto, yang akrab disapa “Pak Dep” oleh mahasiswa dan rekan akademisi, merupakan sosok inspiratif dalam dunia pendidikan di Indonesia. Lahir pada 19 Juni 1981 di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Rimbo Tengah, Kabupaten Bungo, ia tumbuh dalam lingkungan sederhana yang masih dikelilingi hutan, semak belukar, serta aliran sungai. Masa kecilnya yang erat dengan alam membentuk kepribadiannya yang mandiri dan memiliki semangat juang tinggi.
Perjalanan Hidup dan Pendidikan
Sejak kecil, Fridiyanto telah menunjukkan ketertarikan terhadap dunia pendidikan. Ia mengenyam pendidikan dasar di SD Negeri 144, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 3, dan akhirnya menyelesaikan pendidikan menengah di SMA Negeri 2 Muara Bungo. Meskipun bukan siswa berprestasi secara akademik, ia tetap memiliki semangat belajar yang tinggi. Ia mengakui bahwa dirinya bukanlah murid yang selalu mendapatkan nilai terbaik di kelas, bahkan hanya meraih peringkat tiga pada akhir masa SMA-nya.
Di luar sekolah, ia lebih banyak menghabiskan waktu di alam, seperti mencari buah hutan, mengejar babi hutan, dan berenang di sungai. Bahkan, kecintaannya terhadap alam sering kali membuatnya bolos sekolah demi menikmati petualangan di tengah hutan. Selain itu, ia tumbuh di lingkungan dengan beragam profesi, mulai dari pegawai negeri, buruh, hingga pedagang. Karena itu, ia pun sempat menjalani berbagai pekerjaan kasar, seperti menjadi kuli bangunan dan kernet angkot di Kota Jambi setelah lulus SMA.
Perjalanan Akademik dan Karier
Setelah dua tahun menjalani kehidupan sebagai pekerja serabutan, Fridiyanto mulai mempertimbangkan pendidikan tinggi sebagai jalan untuk mengubah hidupnya. Atas saran kakak iparnya, Prof. Amirul Mukminin, ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Ia kemudian diterima sebagai mahasiswa di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi (sekarang UIN Jambi) dengan jurusan Pendidikan Bahasa Inggris.
Di bangku kuliah, ia mulai memahami pentingnya pendidikan dalam meningkatkan taraf hidup seseorang. Semangat belajarnya semakin tinggi, dan ia mulai aktif membaca buku di perpustakaan kampus serta mengikuti berbagai seminar. Ia juga bergaul dengan banyak akademisi, dosen, dan aktivis, bahkan terlibat dalam berbagai kegiatan organisasi, termasuk Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Aktivitas ini membentuk pola pikirnya yang kritis dan memperluas wawasannya dalam dunia pendidikan.
Setelah menyelesaikan studi S1, Fridiyanto menghadapi kebingungan mengenai langkah selanjutnya. Walaupun sudah mulai mengajar di berbagai lembaga kursus dan kampus, ia merasa masih perlu menambah ilmu. Akhirnya, ia melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 dengan mengambil Program Studi Manajemen Pendidikan Islam. Pilihannya ini awalnya bersifat iseng, tetapi kemudian menjadi jalan serius dalam perjalanan akademiknya.
Selama studi S2, ia semakin sering berinteraksi dengan akademisi dan peneliti, termasuk para profesor dan doktor di bidang pendidikan. Pengalaman ini semakin memperkuat tekadnya untuk menjadi seorang akademisi yang berkontribusi dalam dunia pendidikan. Ia menyelesaikan S2 pada tahun 2007.
Pada tahun 2008, Fridiyanto diterima sebagai dosen di Universitas Muara Bungo (UMB), Provinsi Jambi. Di sana, ia dipercaya sebagai Dekan Fakultas Bahasa dan mengajar di Program Studi Sastra Inggris. Dalam perannya sebagai akademisi, ia aktif mengadakan seminar dan berbagai kegiatan ilmiah lainnya. Salah satu karyanya, buku berjudul Tan Malaka: Guru Revolusioner dan Gagasan Pendidikan Kritis, pernah ia seminarkan di Kota Bungo.
Pandangan tentang Pendidikan dan Karya Intelektual
Sebagai akademisi, Dr. Fridiyanto memiliki pemikiran yang cukup revolusioner mengenai pendidikan. Ia percaya bahwa pendidikan seharusnya tidak hanya bersifat mekanis, tetapi juga harus memiliki dimensi humanis. Menurutnya, sistem pendidikan yang hanya menekankan aspek mekanis akan menciptakan individu yang hanya bekerja seperti robot tanpa memiliki pemikiran kritis.
Gagasannya ini sejalan dengan tokoh-tokoh pendidikan kritis dunia seperti Paulo Freire dan Ivan Illich. Namun, yang membedakan Fridiyanto adalah keyakinannya bahwa Tan Malaka merupakan tokoh pertama yang menggagas pendidikan kritis di Indonesia. Tan Malaka, seorang revolusioner dari Sumatera Barat, banyak menulis buku penting yang membahas pendidikan dan pemikiran kritis bagi rakyat Indonesia.
Ketertarikannya terhadap pemikiran Tan Malaka membawanya untuk menulis buku Tan Malaka: Guru Revolusioner dan Gagasan Pendidikan Kritis. Buku ini mendapat perhatian luas di kalangan akademisi dan mahasiswa, terutama di bidang pendidikan dan filsafat.
Karier dan Pencapaian di Dunia Akademik
Setelah beberapa tahun mengabdi di Universitas Muara Bungo, Fridiyanto mendapatkan kesempatan untuk menjadi dosen pegawai negeri di UIN Medan, Sumatera Utara. Di sinilah ia dihadapkan pada dua pilihan besar: melanjutkan studi S3 di luar negeri atau menerima tawaran sebagai dosen PNS. Meskipun memiliki impian untuk berkuliah di luar negeri, ia akhirnya memilih menjadi dosen di UIN Medan dan tetap bertekad untuk melanjutkan pendidikan S3 di masa depan.
Di UIN Medan, ia terus mengembangkan karier akademiknya dan akhirnya melanjutkan studi S3 di UIN Malang, Jawa Timur. Perjalanan studinya di tingkat doktoral tidaklah mudah, namun dengan kerja keras dan dedikasi tinggi, ia berhasil menyelesaikan program doktor pada tahun 2018.
Pada tahun 2020, Fridiyanto memutuskan untuk pindah ke UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Di kampus ini, ia dipercaya untuk menjabat sebagai Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM). Sebagai Ketua LPPM, ia memiliki tanggung jawab besar dalam mengembangkan penelitian dan program pengabdian masyarakat yang berdampak luas bagi dunia akademik serta masyarakat luas.
Kesimpulan: Peran dan Dedikasi di Dunia Pendidikan
Dr. Fridiyanto adalah contoh nyata bahwa pendidikan dapat mengubah hidup seseorang. Dari seorang anak desa yang tumbuh dalam keterbatasan, ia berhasil menjadi seorang akademisi, peneliti, dan penulis yang memiliki kontribusi besar dalam dunia pendidikan.
Pemikirannya tentang pendidikan kritis dan demokratis telah menginspirasi banyak mahasiswa dan akademisi di Indonesia. Dedikasinya dalam dunia pendidikan terlihat dari berbagai karya tulis dan seminar yang ia lakukan, serta peran aktifnya dalam membangun ekosistem akademik yang lebih kritis dan inklusif.
Kini, sebagai Ketua LPPM UIN Jambi, ia terus berkontribusi dalam mengembangkan penelitian dan pendidikan di Indonesia. Perjalanan hidupnya yang penuh perjuangan menjadi inspirasi bagi banyak orang bahwa dengan tekad kuat dan kerja keras, siapapun dapat mencapai kesuksesan di dunia akademik dan profesional.
Dengan berbagai pencapaiannya, Dr. Fridiyanto membuktikan bahwa pendidikan bukan hanya tentang memperoleh gelar, tetapi juga tentang bagaimana ilmu yang didapatkan dapat digunakan untuk memberikan manfaat bagi masyarakat luas. Sosoknya menjadi inspirasi bagi banyak mahasiswa dan akademisi untuk terus berjuang dalam meraih mimpi dan memperjuangkan pendidikan yang lebih baik di Indonesia.
Referensi
- UIN Jambi, https://uinjambi.ac.id/
- UIN Medan, https://uinsu.ac.id/
(Ang/*****)