MENIMBANG CALON SEKDA MERANGIN: Dari Birokrasi ke Roh Kebudayaan Bumi Tali Undang Tambang Teliti

Posted on

Oleh: Asro Al Murthawy
(Ketua Umum Dewan Kesenian Merangin)

MERANGIN, NUSADAILY.ID – Ir. Fajarman menutup masa baktinya sebagai Sekda Merangin dengan bahasa yang sederhana, tulus, dan menyentuh. Dalam surat pamitnya, ia seperti seorang penabuh gendang yang menutup pertunjukan panjang dengan tabuhan terakhir. Tetapi panggung tidak pernah sepi. Pertunjukan harus berlanjut. Kini, Merangin bersiap mencari dirigen baru, Sekda yang akan menata orkestrasi birokrasi sekaligus merawat denyut kebudayaan Bumi Tali Undang Tambang Teliti.

Sekda sebagai Penjaga Identitas
Di daerah yang kaya dengan tradisi seperti Merangin, Sekda bukan hanya koordinator OPD. Ia juga menjadi penata arah pembangunan kebudayaan: memastikan bahwa ekonomi tumbuh tanpa mencabut akar, bahwa pembangunan jalan dan jembatan tidak mengikis nadi seni, bahwa layanan publik tetap bersentuhan dengan nilai-nilai kearifan lokal.

Membaca Figur Calon dalam Kaca Kebudayaan
Lima nama mencuat, dan publik menimbang mereka dengan ukuran birokrasi. Namun mari sejenak melihat dari perspektif kesenian dan kebudayaan.

  1. Mashuri
    Sebagai Kepala BPKAD, Mashuri piawai dalam angka-angka dan fiskal. Namun, apakah ia mampu melihat bahwa anggaran kebudayaan bukan sekadar “pos kecil” belaka? Kekuatan Mashuri ada pada kedekatannya dengan penguasa. Jika bisa menyalurkan kedekatan itu untuk memperkuat sektor kebudayaan, ia bisa jadi patron penting.
  2. Andrie Fransusman, S.STP
    Dikenal pekerja keras, teknokrat tulen. Ia seperti penari yang tekun menghafal setiap gerak. Kelemahannya: minim dukungan politik. Tetapi justru di situlah peluangnya—ia bisa menata birokrasi kebudayaan dengan cara bersih, tak terikat dengan kepentingan selain pelayanan. Jika ia terpilih, publik seni bisa berharap pada birokrasi yang lebih disiplin dan fokus.
  3. Zulhifni
    Plt. Kadis PUPR, punya kekuatan politik dan akses strategis. Namun dalam dunia kesenian, orang tak hanya butuh akses, tapi juga visi. Jika Zulhifni ingin tampil sebagai Sekda yang dihormati, ia harus membuktikan bahwa infrastruktur bisa berjalan seiring dengan pembangunan ruang-ruang budaya. Merangin butuh bukan hanya jalan mulus, tapi juga panggung-panggung hidup.
  4. Ferdi Firdaus
    Sebagai Kepala BKPSDMD, ia paham seluk-beluk SDM. Dalam kebudayaan, SDM adalah aktor utama: seniman, budayawan, komunitas. Namun publik masih mengingat lambannya penanganan isu tenaga honorer. Jika kelemahan ini terbawa, jangan sampai seniman pun mengalami hal yang sama: dihargai di kata-kata, tapi lamban dalam aksi nyata.
  5. Sukoso, S.STP
    Enerjik, komunikatif, berasal dari birokrasi yang dekat dengan sektor pariwisata dan olahraga. Ia ibarat wajah muda yang segar dalam panggung seni. Dengan modal jaringan luas, Sukoso bisa menjadi figur yang menghubungkan birokrasi dan komunitas kreatif. Namun energi saja tidak cukup: ia harus punya arah yang jelas agar kebudayaan Merangin tidak sekadar jadi hiasan di brosur pariwisata.

Asa untuk Merangin
Kebudayaan adalah ruh dari Bumi Tali Undang Tambang Teliti. Sekda terpilih nantinya diharapkan mampu menjadi kurator besar, yang menata birokrasi seperti panggung seni: disiplin, harmonis, tetapi tetap memberi ruang ekspresi.

Fajarman telah berpamitan dengan nada yang syahdu. Kini, masyarakat Merangin menunggu siapa yang akan memegang kendali orkestra berikutnya. Apakah ia sekadar menjadi pemain politik, atau benar-benar penata harmoni antara pembangunan dan kebudayaan?

Editor redaksi nusadaily.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *