JAMBI, NusaDaily.ID – Tradisi mudik Lebaran selalu menjadi momen istimewa bagi masyarakat Indonesia. Meski jumlah pemudik lebaran 2025 diprediksi menurun dibandingkan tahun sebelumnya, fenomena ini tetap menjadi penggerak utama siklus ekonomi nasional. Arus mudik yang besar berdampak langsung pada perputaran uang di berbagai sektor, dari transportasi hingga usaha kecil menengah (UMKM).
Peran Mudik Lebaran 2025 dalam Perputaran Ekonomi
Mudik bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga bagian dari ekosistem ekonomi yang menggerakkan berbagai sektor industri. Selama periode mudik, terjadi peningkatan aktivitas ekonomi yang signifikan, terutama di sektor transportasi, ritel, kuliner, dan UMKM.
Sebagai contoh, selama libur Lebaran 2025, jumlah pemudik diperkirakan mencapai 146,48 juta jiwa atau sekitar 52% dari total penduduk Indonesia. Angka ini mengalami penurunan 24% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 196,3 juta jiwa. Kendati demikian, perputaran uang tetap tinggi karena konsumsi masyarakat selama mudik masih besar.
Baca Juga: Mempertahankan Geliat Ekonomi Lebaran 2025: Peluang dan Tantangan
Peredaran Uang dan Efek Multiplier
Dalam teori ekonomi, pergerakan manusia dalam jumlah besar akan selalu diiringi dengan pergerakan uang. Konsep ini disebut Velocity of Money, yaitu tingkat kecepatan uang berpindah dari satu pihak ke pihak lain. Dengan meningkatnya transaksi ekonomi selama mudik, maka pertumbuhan ekonomi akan ikut terdorong.
Pada Lebaran 2024, jumlah uang yang beredar diperkirakan mencapai Rp157,30 triliun. Tahun ini, meskipun mengalami penurunan, perputaran uang masih diprediksi berada di angka Rp137,97 triliun. Dana tersebut tersebar di berbagai sektor seperti:
- Transportasi (pembelian tiket, bahan bakar, dan biaya perjalanan)
- Konsumsi rumah tangga (makanan, minuman, pakaian Lebaran, dan oleh-oleh)
- Sektor informal (pedagang kaki lima, warung makan, dan jasa angkut barang)
- Pariwisata (kunjungan ke tempat wisata di daerah tujuan mudik)
Efek domino dari perputaran uang ini tidak hanya dirasakan oleh kota-kota besar, tetapi juga daerah-daerah tujuan mudik. Dana yang dibawa pemudik ke kampung halaman menjadi motor penggerak ekonomi desa.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perputaran Uang Saat Mudik
Meskipun mudik tetap berdampak positif terhadap ekonomi, ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi peredaran uang tahun ini:
1. Inflasi dan Daya Beli Masyarakat
Tingginya harga pangan menjelang Ramadan dan Lebaran bisa mengurangi daya beli masyarakat. Inflasi yang tinggi akan membuat masyarakat lebih selektif dalam membelanjakan uang mereka.
2. Kenaikan Tarif Transportasi
Harga tiket transportasi umum seperti bus, kereta api, dan pesawat dapat mempengaruhi anggaran mudik masyarakat. Jika tarif terlalu tinggi, jumlah perjalanan bisa berkurang, yang berdampak pada peredaran uang di sektor transportasi dan pariwisata.
3. Kondisi Ekonomi Nasional
Pemutusan hubungan kerja (PHK) di beberapa sektor industri dan ketidakpastian ekonomi global juga bisa mengurangi jumlah uang yang dibawa pemudik ke daerah asal mereka.
Strategi Pemerintah dalam Mengelola Dampak Ekonomi Mudik
Untuk mengoptimalkan dampak positif dari peredaran uang selama mudik, pemerintah perlu menerapkan strategi ekonomi yang tepat, seperti:
- Menjaga Stabilitas Harga Pangan Dengan memastikan pasokan bahan pokok mencukupi, harga dapat dikendalikan sehingga daya beli masyarakat tetap stabil.
- Subsidi Transportasi Publik Kebijakan tarif batas atas yang tidak terlalu tinggi akan membantu masyarakat dalam mengalokasikan anggaran mereka secara lebih luas.
- Dukungan untuk UMKM Pemerintah bisa memberikan insentif kepada pelaku UMKM agar mereka dapat memaksimalkan momen Lebaran sebagai peluang bisnis.
Kesimpulan
Meskipun jumlah pemudik 2025 mengalami penurunan, tradisi mudik tetap menjadi faktor penting dalam perputaran ekonomi nasional. Dengan jumlah uang yang masih beredar dalam triliunan rupiah, sektor-sektor ekonomi seperti transportasi, ritel, dan UMKM tetap mendapatkan keuntungan. Namun, beberapa tantangan seperti inflasi dan kenaikan tarif transportasi harus diantisipasi agar efek ekonomi dari mudik tetap optimal.
- Pengamat : Dr. Noviardi Ferzi *
- Editor : Redaksi/***********
1 comment