Site icon Nusa Daily

Seniman Bungo Gelar “Camping Kebudayaan”: Protes atas Pemotongan Karya Teater di Bungo Expo 2025

BUNGO, NUSADAILY.ID – Suasana halaman Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bungo pada Selasa malam (4/11) berubah menjadi ruang ekspresi terbuka. Puluhan seniman, mahasiswa, dan pegiat kebudayaan mendirikan tenda, menyalakan lampu sorot, dan menampilkan Tetaer Monolog, Musik serta membacakan Puisi dalam kegiatan bertajuk Camping Kebudayaan.

Aksi tersebut digelar oleh Aliansi Komunitas dan Pelaku Seni Kebudayaan Kabupaten Bungo, yang terdiri dari berbagai organisasi dan komunitas, antara lain GMNI Bungo, Rumah Gerakan, Rumah Kebudayaan Dusun Tuo, Sekolah Serentak Seayun, Sekolah Seni Dyanimar, Yayasan Seni Dyanimar, Lumbung Teater, Komunitas Teater Bhavana, Calon Pemusik Negeri Sipil, Yuki Geijutsu Senta, SDP Institut, BEM IAKSS, serta Komunitas Sastra Aliran Batang Bungo.

Aliansi ini menyatakan aksi tersebut sebagai bentuk protes terhadap tindakan sepihak yang dialami oleh Komunitas Teater Bhavana dalam ajang Bungo Expo 2025. Menurut pernyataan Bhavana, karya teater mereka dipotong secara sepihak oleh pihak penyelenggara tanpa sepengetahuan dan persetujuan seniman.

“Pemotongan sepihak terhadap karya seni adalah tindakan yang tidak beretika. Ini bukan hanya soal naskah yang hilang, tapi penghormatan terhadap hasil cipta dan hak intelektual para seniman,” ujar salah satu pegiat sastra dari Komunitas Aliran Batang Bungo, Rabu (05/11/2025).

Aksi Camping Kebudayaan itu sekaligus menjadi simbol perlawanan kultural terhadap praktik-praktik yang dianggap mengabaikan nilai kebebasan berekspresi di daerah. Dalam pernyataannya, aliansi berkomitmen untuk terus memperjuangkan ruang aman bagi seniman Bungo dalam berkarya.

“Kami menyerukan solidaritas antar-seniman, mahasiswa, dan pegiat budaya untuk menjaga kebebasan berekspresi. Karya seni adalah kekayaan intelektual yang harus diperlakukan dengan hormat, bukan dikendalikan oleh kepentingan tertentu,” tegas pernyataan Aliansi Kebudayaan Bungo.

Malam itu, diskusi dan pertunjukan seni berlangsung hingga larut, menandai semangat baru bagi gerakan kebudayaan di Bungo, sebuah pesan bahwa seni bukan sekadar hiburan, melainkan juga perlawanan yang berakar dari martabat dan kebebasan.

Redaksi nusadaily.id/*

Exit mobile version