BUNGO, NUSADAILY.ID — Hampir sepekan pascabencana hidrometeorologi besar yang melanda Pulau Sumatra, DPC PDI Perjuangan Kabupaten Bungo masih membuka dan menerima bantuan kemanusiaan bagi para korban. Hingga Sabtu (20/12/2025), bantuan terus berdatangan dan dikumpulkan di Posko Bantuan Bencana Sumatra DPC PDI Perjuangan Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi.
Bencana ini dipicu oleh hujanekstrem yang berlangsung pada periode 25 hingga 30 November 2025, memicu banjir bandang dan tanah longsor di tiga provinsi utama; Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Kombinasi Siklon Senyar dan monsun akhir tahun membuat curah hujan meningkat drastis, menjadikan peristiwa ini sebagai salah satu bencana hidrometeorologi terparah di penghujung 2025. Hingga kini, kondisi masyarakat terdampak masih berada dalam fase darurat dan sangat membutuhkan bantuan berkelanjutan.
Di Provinsi Aceh, sejumlah kabupaten dilaporkan terdampak parah. Aceh Tamiang menjadi salah satu wilayah dengan dampak paling berat akibat banjir bandang. Aceh Utara mencatat puluhan hingga ratusan titik banjir dan longsor, dengan sejumlah kecamatan masih mengalami isolasi. Sementara itu, Pidie dan Pidie Jaya masuk dalam daftar wilayah terdampak, disusul Aceh Singkil, Bener Meriah, dan Aceh Tengah yang mencatat jumlah pengungsi relatif tinggi.
Tim nusadaily.id menerima informasi langsung dari warga Aceh Utara yang menggambarkan kondisi lapangan masih sangat memprihatinkan. Sejumlah kecamatan dilaporkan lumpuh total, dan listrik baru kembali menyala dalam beberapa hari terakhir. Namun, persoalan mendasar belum selesai.
“Sampai sekarang kami masih kesulitan air bersih,” ujar seorang warga Aceh Utara kepada nusadaily.id.
Ia menambahkan, bantuan yang diterima warga sejauh ini masih terbatas.
“Bantuan yang datang sangat minim, kadang hanya beberapa canting beras. Akses jalan juga masih sulit, hanya jalur ke Banda Aceh yang bisa dilalui,” katanya.
Warga tersebut juga menyampaikan pesan kepada para dermawan agar menyesuaikan pola distribusi bantuan dengan kondisi lapangan.
“Kalau mau mengirim bantuan ke Aceh, sebaiknya memperoleh barang dari wilayah terdekat saja. Seperti yang dilakukan beberapa pejabat nasional, mereka membeli kebutuhan dari Aceh sendiri karena akses jalan masih berat. Apalagi sampai hari ini hujan masih turun,” tutupnya.
Di Sumatera Utara, bencana dilaporkan melanda sejumlah wilayah, antara lain Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Mandailing Natal, Humbang Hasundutan, serta Kota Sibolga. Seluruh daerah tersebut mengalami kombinasi banjir dan longsor, dengan akses transportasi dan distribusi logistik yang masih terhambat di berbagai titik.
Sementara itu, di Sumatera Barat, Kota Padang melaporkan dampak signifikan pada kawasan permukiman dan fasilitas umum. Di Pesisir Selatan, laporan relawan menyebutkan sejumlah desa terdampak longsor dan banjir. Adapun Lubuk Minturun dan Batu Busuk menjadi titik penting posko bantuan serta lokasi pengungsian warga.
Bencana ini menegaskan bahwa krisis belum sepenuhnya berakhir. Saat air perlahan surut di beberapa wilayah, kebutuhan dasarseperti; air bersih, pangan, dan akses logistik masih menjadi persoalan utama. Di tengah keterbatasan itu, solidaritas dan gotong royong lintas daerah, seperti yang ditunjukkan melalui Posko Bantuan DPC PDI Perjuangan Kabupaten Bungo, menjadi salah satu penopang harapan bagi ribuan warga yang terdampak.
Redaksi nusadaily.id/*
